PandanganKu, Kau, Pria Pagi itu……


Pagi ini aku melihat seorang pria berkacamata…berjalan sekilas pandanganku. Tak tampak apa-apa, tapi memang pria seperti dia yang selalu menyita perhatinku. Entah kenapa, tapi sepertinya mereka punya kekuatan yang menyorot dari balik kacamatanya itu.

Pagi ini aku melihatnya memakai sepatu berwarna merah, yang pasti membuatku selalu teringat pada sepatu ataupun pria yang memakai sepatu itu.

Hanya seperti itu, wah sudah membuatku teringat padanya dan dapat menyimpannya beerapa saat dalam pikiranku dan merekamnya sebagai sebuah ingatan jangka panjang.

Siang ini aku terduduk disudut lapangan Basket yang tampak lengang, seharusnya siang nanti ada seorang wanita manis yang akan menjadi ada diatas panggung itu, panggung di salah satu sisi lapangan ini. Seorang sastrawati yang lumayan aku sukai setelah Jajang Noor dan Kristin Hakim. Seharusnya jam satu nanti. Sebelumnya akan ku lantunkan tiga buah lagu yang tidak maksimal ku nyanyikan. aku lupa beberapa bagian nyanyiannya…..

Aku lapar, belum ada apa-apa, belum ada siapa-siapa.

Ada dia, memasuki lapangan tempat ku tersudut hari ini, siang ini.

Lapangan masih sepi, tapi sepatu merah itu menarik perhatianku, seakan memoriku terpanggil stimulus itu. sepatu merah itu membawaku pada sosok seorang pria yang mengenakannya. Hanya punggungnya saja yang tampak dipandaganku. Rambutnya hitam, lurus hingga menutupi telinga dan tengkuknya. Dia bergerak, aku bisa melihatnya, sebagian wajahnya tampak dari samping.

Dia bergerak. Aku melihatnya, semuanya.

Tadi pagi dan siang ini dia tidak berubah, kacamatanya, sepetu merah, dan sebagian rambut lurus yang menutupi sebagian sisi wajahnya. Dia Pria Pagi ku. Bertemu lagi rupanya. Ia sepertinya ingin bertemu dengan dengannya, si wanita yang ku maksud.

Mereka datang, semua datang, satu-satu, dua-dua,tiga-tiga, empat-empat, lima-lima…… mereka berkumpul untuk melihatnya atau ingin tahu karyanya.. mereka punya banyak pilihan untuk itu. aku juga punya pilihan. Aku ingin tahu karyanya.

Tadi pagi setelah melihat kacamata itu dan sepatu merah itu, tepatny jam setengah enam pagi aku mencari tahu siapa wanita yang akan muncul hari ini, apa yang telah dia lakukan sampai semua orang berduyun-duyun melihatnya. Banyak alasan untuk itu, terutama karena dia seorang selebrity. Aku punya pilihan, sayangnya aku bukan seorang selebrityCholic, aku tak terlalu banyak menonton TV, jadi aku butuh dan harus tahu siapa dia , dan apa yang telah ia lakukan.

Layar komputer telah menyala di depanku, hal pertama yang kulakukan adalah menuliskan namanya agar si”peselancar” dapat menemukan dirinya juga apa yang telah dia lakukan. Dia ternyata melakukan banyak hal.tentunya selain semua tentang keselebitisannya. Dia menulis, ternyata dia menulis seperti aku, dia punya buku, ini tentu tidak seperti aku. Karyanya adalah sastra, Unusual for me. Dia menulis kary sastra dan sedang dan mulai menyelaminya. Itu rupanya, maka itu aku akan datang dan mendengarkanya. Tanpa foto atau pun bubuhan tanda tangannya. Aku hanya ingin dia berbagi ilmu dengan ku. aku tidak mengingankan yang lain, karena aku tak pandai bertingkah.

Aku tak pandai bertingkah, menatap mata orang lain saja bisa membuat aku mematung aku bahkan menghiang. Meskipun usahaku sudah banyak, mereka pikir aku selalu bisa berdiri di depan dan tersenyum pada mereka saat aku bernyanyi, saat ku mainkan gitarku. Aku selalu bersembunyi rupanya di balk puisiku saat ku bacakan untuk mereka. Aku aku tak perlu memaksakan diri untuk tersenyum pada mereka, aku telah menjadi puisi yang ku baca ini.

Saat ini mereka telah memasuki ruangan, Dia datang, dia datang kearahku. Aku igin lari berari, atau berjalan menghindarinya, tapi tidak. Tubuh ku berbalik. Haiiiii,,, She is Nice. So,, aku berjabat tangan dengannya. Enough. Lalu semua berbicara…

Aku lelah kalau harus menulis seperti apa dan apa yang di bicarakan dalam rinah hujan yang begitu lebat ini. Aku paling tidak menikmati semua yang kami bicarakan.

Dia, Pria, Sepatu merah dan kacamatanya. Aku melihatnya lagi, setelah beberapa saat kehilangan sosoknya, dia duduk di depan ku..

Aku berbicara pada wanita itu, aku terluhat sangat subjektif terhadap pandanganku, dalam kata-kataku semua tertera. Sepertinya dia membaca itu, membaca subjektivitasku terhadap apa yang kulihat. Lalu wanita itu berkata, tidak ada yang salah terhadap apa yang orang sukai, itu hka mereka untuk menyukai, mereka tidak salah dengan membaca apa yang mereka ingin baca. Tidak ada yang bisa menggambarkan kecerdasan seseorang hanya karena sastra.

Ya, sepertinya pemikiran awalku saat itu salah. Aku ternyata terpaku dan terbelenggu akan apa yang aku lihat, apa yang ku rasa, tanpa tahu apa sebenarnya yang aku rasa. Wanita itu benar, ternyata tak ada yang salah terhadap apa yang orang inginkan, terutama terhadap apa yang mereka lihat terhadap karyanya. Sepertinya aku pun harus melihat lebih luas lagi.

Pria bersepatu merah, kacamata yang tadi pagi dan yang duduk di depanku memang orang yang sama, karena aku hanya melihat sepatu merah dan kacamatannya saja, tanpa ku sadari, ada yang lain yang seharusnya telah memberhentikanku sedari tadi. Aku terlalu terpaku pada sepatu dan kecamata serta pemiliknya. Aku seharusnya berhenti sedari tadi, karena sejak pria itu masuk kedalam gedung dan aku memperhatikannya, saat peria itu duduk di depanku, dan aku memperhatinya.

Ada kacamata lain yang memperhatikanku sedari tadi, dan seharusnya itu membuatku berhenti, ada rambut lurus yang lain yang memandangiku, seharusnya aku tak menatapnya, dan ada sepatu merah lain yang melihat, sehingga aku berhenti melihat.

Dia ada di sebelah pria Pagi itu. dia terus melihatku saat aku memperhatikan sepatu merah dan kacamata itu. dia melihatku lekat sekali, tapi aku tak melihatnya sebelumnya. Sebelum Wanita Nice itu menyadarkanku, lalu saat aku berpaling melihat dengan lebih luas, mata itu dengan lekat memandangku.

Bibir itu berwarna merah, semerah matanya yang lekat memandaku, seakan berkata, “Enyahkan pandanganmu dari PriaKu”…. Wanita berbibir merah lain itu ada di sebeleh pria Pagi itu…….

Vas Ten Burg (Solo) February 4, 2009

Komentar

Postingan Populer